Sabtu, 03 Januari 2015

Seven Stars Learning

Model pembelajaran yang digunakan dalam proses kajian edupreneurship adalah model Seven Stars Learning (SSL). Model sendiri berarti kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Makna lainnya adalah berisi prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan. Sedangkan model SSL adalah sebuah model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan filsafat konstruktivisme (tepatnya konstruktivisme sosial) yang memperhatikan gaya belajar (learning style) para peserta didik dan dikombinasikan dengan Edutainment, Hypnosist dan Neuro Linguistic Program (NLP).

Seven berarti tujuh. Ada tujuh langkah aktivitas pembelajaran dalam model SSL, antara lain:
1.    Orientation
2.    Elicitation
3.    Motivation
4.    Restructuring
-    Clarification & Exchange
-    Exposure
-    Construction
5.    Application
6.    Review
7.    Celebration

Stars adalah singkatan dari Student Teacher Aesthetic Role-Sharing, yaitu adanya keseimbangan peran antara peserta didik dengan pendidik. Pendidik dan peserta didik mampu memainkan peranannya sehingga proses pembelajaran lebih optimal. Pendidik secara dinamis mengupayakan bagaimana peserta didik dapat membangun pengetahuannya sendiri yang melibatkan interaksi terhadap lingkungan sekitarnya. Peran pendidik harus mencerminkan keteladanan yang dapat diterapkan dengan pendekatan patrap triloka, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam model SSL adalah HypnoTeaching Learning (HTL), yaitu pembelajaran dengan pendekatan ilmu Hypnosist dan NLP. Pendekatan HTL ini mamberikan penguatan yang labih mendalam terhadap kajian yang sedang dipelajari karena informasi yang dibangun oleh pebelajar mampu masuk ke pikiran bawah sadar. Pemrosesan pengetahuan yang dilakukan oleh pebelajar jauh lebih kuat karena teknik komunikasi yang digunakan sejalan dengan pola penerimaan rangsangan, yaitu visual, auditory, Kinaesthetic, Olfactory, dan Gustatory yang kemudian lebih dikenal dengan istilah VAKOG.

Pada level strategi, model SSL menggunakan strategi pembelajaran Mind-Based Learning (MBL), yaitu pembelajaran yang diawalai dengan pengungkapan ide atau gagasan yang ada dalam pikiran (benak) pebelajar terhadap tema yang dikaji. Segala informasi atau pengetahuan yang telah dimiliki oleh pebelajar dimunculkan dan pendidik mengeksplorasinya serta mendeteksi jika terdapat miskonsepsi tentang tema yang dikaji.

Pembelajaran dengan model SSL ini lebih menarik lagi karena dikemas dengan konsep edutainment sehingga suasana pembelajaran lebih “hidup”. Penyisipan permainan berbasis NLP dan Hypnomotivasi serta ditutup dengan celebration lebih menguatkan suasana yang telah hidup menjadi lebih hidup. Penghargaan terhadap setiap pencapaian pengalaman belajar tiap peserta didik menjadikan mind set pribadi tentang belajar selalu positif dan menjadikan budaya belajar pada diri sendiri kapanpun dan dimanapun. Dengan seperti ini, lingkungan belajar menjadi sinergis-harmonis-humanis sesuai dengan ekspektasi pendidikan karakter Islami.

Visi Diri



ANDA DAPAT MERAIH HANYA YANG DAPAT ANDA LIHAT

Keberanian seorang pemimpin besar untuk memenuhi visinya adalah berkat semangatnya, bukan posisinya.
-    John C. Maxwell
Masa depan adalah kepunyaan mereka yang melihat kemungkinan-kemungkinannya sebelum menjadi kenyataan.
-    John Sculley, Mantan Direktur Utama Pepsi serta Apple Computer


TAK ADA CAT YANG MENGELUPAS … SEMUA KUDANYA HARUS BISA MELOMPAT
Salah seorang pemimpi terbesar di abad kedua puluh adalah Walt Disney. Siapa pun yang dapat menciptakan kartun bersuara yang pertama, kartun berwarna yang pertama, dan film kartun yang pertama, pasti seseorang yang memiliki visi. Namun mahakarya Disney adalah Disneyland dan Walt Disney World. Dan percikan visi tersebut berasal dari tempat yang tidak diduga.
Ketika dua puteri Walt masih kecil, ia suka membawa mereka ke sebuah taman hiburan di Los Angeles pada hari Sabtu pagi. Kedua puterinya senang, dan ia pun senang. Sebuah taman hiburan adalah sorganya anak-anak, dengan suasana yang mengagumkan: aroma popcorn dan permen kapas, papan iklan warna warni, dan suara anak-anak berteriak ketika kereta luncurnya meluncur ke bawah.
Walt terutama tertawa oleh mainan carousel (kuda putar). Ketika ia mendekatinya, ia melihat gambaran kabur saling balapan ditimpa musik yang enerjik. Namun semakin dekat ia ke carousel itu, ternyata ia terkecoh. Ia lihat kuda-kuda buruk yang sudah retak serta terkelupas catnya. Dan ia perhatikan bahwa hanya kuda-kuda di lingkaran luar saja yang naik turun. Yang lainnya diam saja.
Kekecewaan sang pembuat kartun itu menginspirasikannya dengan sebuah visi besar. Di dalam pikirannya ia melihat sebuah taman hiburan di mana anak-anak maupun orang dewasa dapat menikmati suasana karnaval tanpa samping yang sudah pudar warnanya dari sirkus atau karnaval yang lewat. Impiannya menjadi Disneyland. Seperti yang dikatakan oleh Larry Taylor dalam buku Be an Orange, visi Walt dapat dirangkum begini, “Tak ada cat yang mengelupas. Semua kudanya harus bisa melompat.”

MENGUNGKAPKANNYA
Visi adalah segalanya bagi seorang pemimpin. Visi itu benar-benar tak tergantikan. Mengapa? Karena visilah yang memimpin para pemimpin. Visi melukiskan sasarannya. Visi memicu serta membakar semangat, dan mendorongnya maju. Visi juga merupakan pemicu orang lain yang menjadi pengikut sang pemimpin. Seorang pemimpin yang tidak memiliki visi takkan ke mana-mana. Paling banter, ia akan berlari di tempat.
Untuk memahami visi serta bagaimana visi menjadi bagian dari hidup seorang pemimpin yang baik, pahamilah hal-hal berikut:
1.    Visi Dimulai dari Dalam
Jika sedang mengajar di konferensi-konferensi, seseorang sesekali meminta saya untuk memberinya visi bagi organisasinya. Namun saya tak dapat melakukannya. Anda tidak dapat membeli, mengemis, atau meminjam visi. Visi harus datang dari dalam. Bagi Disney, visi tidak pernah menjadi masalah. Karena kreativitasnya serta hasratnya untuk mencapai kesempurnaan, ia selalu melihat kemungkinannya.
Jika anda kurang visi, carilah ke dalam diri sendiri. Keluarkanlah karunia-karunia alami serta hasrat-hasrat anda. Pelajarilah panggilan anda jika ada. Dan jika anda masih juga belum mendapatkan visi sendiri, pertimbangkanlah kemungkinan untuk bekerjasama dengan seorang pemimpin yang visinya memotivasi anda. Jadilah mitranya. Itulah yang dilakukan oleh saudara Walt Disney, yaitu Roy. Ia adalah usahawan yang baik dan pemimpin yang dapat  membuat segalanya menjadi kenyataan, namun Walt lah yang memberikan visinya. Bersama-sama, mereka menjadi tim yang hebat.
2.    Visi Timbul dari Pengalaman
Visi bukanlah suatu kualitas mistik yang muncul dari suatu kekosongan, seperti yang tampaknya diyakini sementara orang. Visi tumbuh dari masal lalu seorang pemimpin serta sejarah orang-orang di sekelilingnya. Itulah kasusnya Disney. Namun ini benar bagi semua pemimpin. Bicaralah kepada pemimpin yang mana pun, makan rasanya Anda akan menemukan peristiwa-peristiwa kunci di masa lalunya yang sangat penting dalam penciptaan visinya.
3.    Visi Memenuhi Kebutuhan Orang Lain
Visi sejati benar-benar luas jangkauannya. Visi melampaui yang dapat dicapai seorang individu. Dan jika visi itu benar-benar berharga, visi itu akan lebih dari sekedar melibatkan nilai tambah kepada orang lain. Jika Anda memiliki visi yang tidak melayani orang lain, mungkin visi Anda terlalu kecil.
4.    Visi Membantu Anda Mengumpulkan Sumber-sumber Daya
Salah satu keuntungan paling berharga dari visi adalah sifatnya yang seperti magnit – menarik, menantang, dan mempersatukan orang. Visi juga menarik dukungan dana serta sumber-sumber daya lainnya. Semakin menantang visinya, semakin keras para partisipasinya berjuang untuk mencapainya. Edwin Land, pendiri Polaroid, menasehati, “hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah mengajar orang yang bersangkutan untuk merasa bahwa visi itu sangat penting dan hampir tidak mungkin. Itu akan menarik dorongan dalam diri para pemenang.”

MERENUNGKANNYA
Dari manakah asalnya visi itu? Untuk menemukan visi yang tak tergantikan bagi kepemimpinan, Anda harus menjadi pendengar yang baik. Anda harus mendengar beberapa suara.

SUARA HATI
Seperti yang telah saya katakan, visi dimulai dari dalam. Tahukah Anda apa misi hidup Anda? Apakah yang menggugah hati Anda? Apakah yang Anda impikan? Jika yang sedang Anda kejar dalam hidup ini bukan berasal dari hasrat hati – dari kedalaman keberadaan Anda dan apa yang Anda yakini – Anda takkan dapat mencapainya.
Suara Tidak Bahagia
Dari manakah asalnya inspirasi gagasan besar? Dari memperhatikan apa yang tidak efektif. Tidak puas dengan status quo adalah katalisator besar untuk terciptanya visi. Apakah Anda puas diri? Atau apakah Anda gatal untuk mengubah dunia Anda? Tak ada pemimpin besar dalam sejarah yang pernah berjuang untuk mencegah perubahan.
Suara Sukses
Tak seorang pun dapat mencapai hal-hal besar sendirian. Untuk memenuhi sebuah visi besar, Anda membutuhkan tim yang baik. Namun Anda juga membutuhkan nasihat baik dari seseorang yang sudah lebih dulu dari Anda dalam perjalanan kepemimpinan. Jika Anda ingin memimpin orang lain menuju kebesaran, carilah seorang pembimbing. Apakah Anda memiliki penasihat yang dapat membantu Anda mempertajam visi Anda?
Suara yang Lebih Tinggi
Walaupun memang benar bahwa visi Anda harus datang dari dalam, janganlah Anda membatasinya dengan kemampuan Anda yang terbatas. Visi yang benar-benar berharga harus melibatkan Allah. Hanya Dialah yang mengetahui kemampuan Anda yang sepenuhnya. Sudahkah Anda melihat lebih dari diri sendiri, bahkan melebihi hidup Anda sendiri, ketika mencari visi? Jika belum, mungkin Anda melewatkan potensi Anda yang sesungguhnya dan yang terbaik dari kehidupan ini bagi Anda.


MENERAPKANNYA
Untuk meningkatkan visi Anda, lekukanlah yang berikut:
•    Ukurlah diri Anda. Jika sebelumnya anda telah memikirkan visi bagi hidup Anda dan mengutarakannya, ukurlah seberapa baik Anda melaksanakannya. Bicaralah kepada beberapa ornag kunci, seperti pasangan Anda, teman dekat, dan karyawan-karyawan kunci; mintalah mereka untuk mengutarakan apa visi Anda dapat menurut mereka. jika mereka dapat mengutarakannya, maka mungkin Anda sudah mengamalkannya.
•    Tuliskan visi Anda. Jika anda pernah memikirkan visi Anda namun tidak pernah menuliskannya, luangkanlah waktu untuk menuliskannya hari ini. Menulis akan memperjelas pemikiran Anda. Begitu Anda menulisnya, evaluasilah apakah visi tersebut layak. Lalu kejarlah dengan seluruh kemampuan Anda.
•    Periksalah isi hati Anda. Jika anda belum berbuat banyak dalam hal visi, luangkanlah beberapa minggu atau bulan mendatang untuk merenungkannya. Renungkanlah apa yang benar-benar berdampak pada Anda.
 Apakah yang membuat Anda menangis? _______________________________
Apakah yang membuat Anda bermimpi?________________________________
Apakah yang memberi Anda energi? ___________________________________

Juga, renungkanlah apa yang Anda ingin lihat berubah di dunia di sekeliling Anda. Kemungkinan apakah yang Anda lihat? Begitu gagasan-gagasan Anda mulai semakin jelas, tuliskanlah dan bicarakanlah dengan seorang pembimbing.

MELATIHNYA SETIAP HARI
Dari tahun 1928 hingga tahun 1955, Robert Woodruff menjabat sebagai presiden dari coca-cola. Selama itu, ia ingin coca-cola tersedia bagi setiap buruh Amerika di seluruh dunia dengan harga lima sen, berapa pun biaya produksinya. Sungguh sasaran yang berani! Namun itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan gambaran yang lebih besar di benaknya. Seumur hidupnya, ia ingin agar setiap orang diseluruh dunia pernah mencicipi coca-cola. Jika anda melihat ke dalam hati serta jiwa Anda, visi apakah yang Anda lihat?

Pendidikan Tinggi dan Kewirausahaan

Kenyataan menunjukkan, bahwa lautan kehidupan diwarnai oleh inovasi-inovasi di berbagai bidang. Inovasi sebagai proses kreatif, tidak akan sukses ketika inovator belum memiliki semangat kewirausahaan. Pemahaman kesadaran ini menuntut penyajian kuliah Kewirausahaan dan Inovasi tidak bertumpu pada ranah kognitif, tetapi juga afektif, dan psikomotorik. Dengan kata lain, melalui pendidikan tinggi, selain semakin memahami konsep enterpreneurship juga diharapkan meningkatkan semangat enterpreneurship mahasiswa.

Program Pengembangan Kewirausahaan dilaksanakan untuk menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan pada para mahasiswa dan juga staf pengajar serta
diharapkan menjadi wahana pengintegrasian secara sinergi antara penguasaan sains dan teknologi dengan jiwa kewirausahaan. Selain itu diharapkan pula hasil-hasil penelitian dan pengembangan tidak hanya bernilai akademis saja, namum mempunyai nilai tambah bagi kemandirian perekonomian bangsa. Kewirausahaan, dapat didefinisikan sebagai kemampuan melihat & menilai kesempatan-kesempatan (peluang) bisnis serta kemampuan mengoptimalisasikan sumberdaya dan mengambil tindakan serta bermotivasi tinggi dalam mengambil resiko dalam rangka mensukseskan bisnisnya.

Peranan perguruan tinggi dalam memotivasi lulusan sarjananya menjadi seorang wirausahawan muda sangat penting dalam menumbuhkan jumlah wirausahawan. Dengan meningkatnya wirausahawan dari kalangan sarjana akan mengurangi pertambahan jumlah pengangguran bahkan menambah jumlah lapangan pekerjaan. Pertanyaannya adalah bagaimana pihak perguruan tinggi dapat mencetak wirausahawan muda. Pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat. Banyak pendidik yang kurang memperhatikan penumbuhan sikap dan perilaku kewirausahaan sasaran didik, baik di sekolah-sekolah kejuruan, maupun di pendidikan profesional. Orientasi mereka, pada umumnya hanya pada menyiapkan tenaga kerja.

Selain itu pula, secara historis masyarakat kita memiliki sikap feodal yang diwarisi dari penjajah Belanda, ikut mewarnai orientasi pendidikan kita. Sebagian besar anggota masyarakat mengaharapkan output pendidikan sebagai pekerja, sebab dalam pandangan mereka bahwa pekerja (terutama pegawai negeri) adalah priyayi yang memiliki status sosial cukup tinggi dan disegani oleh warga masyarakat. Lengkaplah sudah, baik pendidik, institusi pendidikan, maupun masyarakat, memiliki persepsi yang sama terhadap harapan ouput pendidikan.

Berbeda dengan di negara maju, misalkan Amerika Serikat. Di Amerika Serikat bahwa sejak 1983 telah merasakan pentingnya pendidikan kejuruan. Dimana Pendidikan kejuruan yang dikembangkan diarahkan pada usaha memperbaiki posisi Amerika dalam persaingan ekonomi dan militer. Pendidikan kejuruan khususnya yang berkenaan dengan pendidikan bisnis, dikatakan bahwa dapat dilakukan pada setiap level pendidikan, baik pada level Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun di perguruan tinggi.

Sebagai negara sedang berkembang, Indonesia termasuk masih kekurangan wirausahawan. Hal ini dapat dipahami, kerena kondisi pendidikan di Indonesia masih belum menunjang kebutuhan pembangunan sektor ekonomi. Perhatikan, hampir seluruh sekolah masih didominasi oleh pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang konvensional. Mengapa hal itu dapat terjadi? Di satu sisi institusi pendidikan dan masyarakat kurang mendukung pertumbuhan wirausahawan. Di sisi lain, banyak kebijakan pemerintah yang tidak dapat mendorong semangat kerja masyarakat, misalkan kebijakan harga maksimum beras, maupun subsidi yang berlebihan yang tidak mendidik perilaku ekonomi masyarakat.

Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan suatu negara adalah para wirausahawan. Wirausahawan adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis yang berhadapan dengan resiko dan ketidakpastian bertujuan memperoleh profit dan mengalami pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi kesempatan dan memanfaatkan sumber daya yang diperlukan. Dewasa ini banyak kesempatan untuk berwirausaha bagi setiap orang yang jeli melihat peluang bisnis tersebut. Karier kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat serta memberikan banyak pilihan barang dan jasa bagi konsumen, baik dalam maupun luar negeri. Meskipun perusahaan raksasa lebih menarik perhatian publik dan sering kali menghiasi berita utama, bisnis kecil tidak kalah penting perannya bagi kehidupan sosial dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Oleh karena itu pemerintah mengharapkan para sarjana yang baru lulus mempunyai kemampuan dan keberanian untuk mendirikan bisnis baru meskipun secara ukuran bisnis termasuk kecil, tetapi membuka kesempatan pekerjaan bagi banyak orang. Pihak perguruan tinggi bertanggung jawab dalam mendidik dan memberikan kemampuan dalam melihat peluang bisnis serta mengelola bisnis tersebut serta memberikan motivasi untuk mempunyai keberanian menghadapi resiko bisnis. Peranan perguruan tinggi dalam memotivasi para sarjananya menjadi young entrepreneurs merupakan bagian dari salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan. Menurut Thomas Zimmerer dalam bukunya, ada 8 faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan antara lain sebagai berikut :

1.    Wirausahawan Sebagai Pahlawan.
Faktor diatas sangat mendorong setiap orang untuk mencoba mempunyai usaha sendiri karena adanya sikap masyarakat bahwa seorang wirausaha dianggap sebagai pahlawan serta sebagai model untuk diikuti. Sehingga status inilah yang mendorong seseorang memulai usaha sendiri.

2.    Pendidikan Kewirausahaan.
Pendidikan kewirausahaan sangat populer di banyak akademi dan universitas di Amerika. Banyak mahasiswa semakin takut dengan berkurangnya kesempatan kerja yang tersedia sehingga mendorong untuk belajar kewirausahaan dengan tujuan setelah selesai kuliah dapat membuka usaha sendiri.

3.    Faktor ekonomi dan Kependudukan.
Dari segi demografi sebagian besar entrepreneur memulai bisnis antara umur 25 tahun sampai dengan 39 tahun. Hal ini didukung oleh komposisi jumlah penduduk di suatu negara, sebagian besar pada kisaran umur diatas. Lebih lagi, banyak orang menyadari bahwa dalam kewirausahaan tidak ada pembatasan baik dalam hal umur, jenis kelamin, ras, latar belakang ekonomi atau apapun juga dalam mencapai sukses dengan memiliki bisnis sendiri.

4.    Pergeseran ke Ekonomi Jasa
Di Amerika pada tahun 2000 sektor jasa menghasilkan 92% pekerjaan dan 85% GDP negara tersebut. Karena sektor jasa relatif rendah investasi awalnya sehingga untuk menjadi populer di kalangan para wirausaha dan mendorong wirausaha untuk mencoba memulai usaha sendiri di bidang jasa.

5.    Kemajuan Teknologi.
Dengan bantuan mesin bisnis modern seperti komputer, laptop, notebook, mesin fax, printer laser, printer color, mesin penjawab telpon, seseorang dapat bekerja dirumah seperti layaknya bisnis besar. Pada zaman dulu, tingginya biaya teknologi membuat bisnis kecil tidak mungkin bersaing dengan bisnis besar yang mampu membeli alat-alat tersebut. Sekarang komputer dan alat komunikasi tersebut harganya berada dalam jangkauan bisnis kecil.

6.    Gaya Hidup Bebas.
Kewirausahaan sesuai dengan keinginan gaya hidup orang Amerika yang menyukai kebebasan dan kemandirian yaitu ingin bebas memilih tempat mereka tinggal dan jam kerja yang mereka sukai. Meskipun keamanan keuangan tetap merupakan sasaran penting bagi hampir semua wirausahawan, tetapi banyak prioritas lain seperti lebih banyak waktu untuk keluarga dan teman, lebih banyak waktu senggang dan lebih besar kemampuan mengendalikan stress hubungan dengan kerja. Dalam penelitian yang telah dilakukan bahwa 77% orang dewasa yang diteliti, menetapkan penggunaan lebih banyak waktu dengan keluarga dan teman sebagai prioritas pertama. Menghasilkan uang berada pada urutan kelima dan membelanjakan uang untuk membeli barang berada pada urutan terakhir.

7.    E-Commerce dan The World-Wide-Web
Perdagangan on-line tumbuh cepat sekali, sehingga menciptakan perdagangan banyak kesempatan bagi wirausahawan berbasis internet atau website. Data menunjukkan bahwa 47% bisnis kecil melakukan akses internet sedangkan 35% sudah mempunyai website sendiri. Faktor ini juga mendorong pertumbuhan wirausahawan di beberapa negara.

8.    Peluang Internasional.
Dalam mencari pelanggan, bisnis kecil kini tidak lagi dibatasi dalam ruang lingkup Negara sendiri. Pergeseran dalam ekonomi global yang dramatis telah membuka pintu ke peluang bisnis yang luar biasa bagi para wirausahawan yang bersedia menggapai seluruh dunia. Kejadian dunia seperti runtuhnya tembok Berlin, revolusi di negara-negara baltik UniSoviet dan hilangnya hambatan perdagangan sebagai hasil perjanjian Masyarakat Ekonomi Eropa, telah membuka sebagian besar pasar dunia bagi para wirausahawan. Peluang Internasional akan terus berlanjut dan tumbuh dengan cepat pada abad ke 21.

Faktor yang mendukung pembahasan ini adalah faktor Pendidikan Kewirausahaan. Di luar negeri banyak universitas mempunyai suatu program khusus dalam mempelajari bidang kewirausahaan, sehingga ada suatu embrio young entrepreneur. Peranan perguruan tinggi hanya sekedar menjadi fasilitator dalam memotivasi, mengarahkan dan penyedia sarana prasarana dalam mempersiapkan sarjana yang mempunyai motivasi kuat, keberanian, kemampuan serta karakter pendukung dalam mendirikan bisnis baru.

Peranan perguruan tinggi dalam memotivasi sarjananya menjadi wirausahawan muda sangatlah penting. Hal ini dilihat dari beberapa pembahasan bidang kewirausahaan yang telah dikemukakan diatas. Masalahnya adalah bagaimana pihak perguruan tinggi mampu melakukan peranannya dengan benar dan mampu menghasilkan sarjana yang siap berwirausaha. Peranan pihak perguruan tinggi dalam menyediakan suatu wadah yang memberikan kesempatan memulai usaha sejak masa kuliah sangatlah penting, sesuai dengan pendapat Thomas Zimmerer bahwa memulai bisnis, bisa pada saat masa kuliah berjalan, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana peranan perguruang tinggi dalam hal memotivasi mahasiswanya untuk tergabung dalam wadah tersebut. Karena tanpa memberikan gambaran secara jelas apa saja manfaat berwirausaha, maka besar kemungkinan para mahasiswa tidak ada yang termotivasi untuk memperdalam keterampilan berbisnisnya.

Oleh karena itu, pihak perguruan tinggi juga perlu mengetahui faktor yang paling dominan memotivasi mahasiswa dalam berwirausaha. Hasil penelitian mengatakan bahwa ada 3 faktor paling dominan  dalam memotivasi sarjana menjadi wirausahawan yaitu faktor kesempatan, faktor kebebasan, faktor kepuasan hidup. Ketiga faktor itulah yang membuat mereka menjadi wirausahawan. Penelitian ini sangat membantu pihak perguruan tinggi dalam memberikan informasi kepada para mahasiswanya, bahwa menjadi wirausahawan akan mendapatkan beberapa kesempatan, kebebasan dan kepuasan hidup. Proses penyampaian ini harus sering dilakukan sehingga mahasiswa semakin termotivasi untuk memulai berwirausaha. Sebab banyak mahasiswa merasa takut menghadapi resiko bisnis yang mungkin muncul yang membuat mereka membatalkan rencana bisnis sejak dini.

Motivasi yang semakin besar, ada pada mahasiswa menyebabkan wadah yang disiapkan oleh pihak perguruan tinggi tidak sia-sia, melainkan akan melahirkan wirausahawan muda yang handal. Dengan semakin banyaknya mahasiswa memulai usaha sejak masa kuliah, maka besar kemungkinan setelah lulus akan melanjutkan usaha yang sudah dirintisnya. Sehingga semakin berkurangnya jumlah pengangguran di negara kita, akan tetapi sebaliknya semakin bertambahnya jumlah lapangan pekerjaan yang dibuka.