Model pembelajaran yang digunakan dalam proses kajian edupreneurship adalah model Seven Stars Learning (SSL). Model sendiri berarti kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Makna lainnya adalah berisi prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan. Sedangkan model SSL adalah sebuah model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan filsafat konstruktivisme (tepatnya konstruktivisme sosial) yang memperhatikan gaya belajar (learning style) para peserta didik dan dikombinasikan dengan Edutainment, Hypnosist dan Neuro Linguistic Program (NLP).
Seven berarti tujuh. Ada tujuh langkah aktivitas pembelajaran dalam model SSL, antara lain:
1. Orientation
2. Elicitation
3. Motivation
4. Restructuring
- Clarification & Exchange
- Exposure
- Construction
5. Application
6. Review
7. Celebration
Stars adalah singkatan dari Student Teacher Aesthetic Role-Sharing, yaitu adanya keseimbangan peran antara peserta didik dengan pendidik. Pendidik dan peserta didik mampu memainkan peranannya sehingga proses pembelajaran lebih optimal. Pendidik secara dinamis mengupayakan bagaimana peserta didik dapat membangun pengetahuannya sendiri yang melibatkan interaksi terhadap lingkungan sekitarnya. Peran pendidik harus mencerminkan keteladanan yang dapat diterapkan dengan pendekatan patrap triloka, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam model SSL adalah HypnoTeaching Learning (HTL), yaitu pembelajaran dengan pendekatan ilmu Hypnosist dan NLP. Pendekatan HTL ini mamberikan penguatan yang labih mendalam terhadap kajian yang sedang dipelajari karena informasi yang dibangun oleh pebelajar mampu masuk ke pikiran bawah sadar. Pemrosesan pengetahuan yang dilakukan oleh pebelajar jauh lebih kuat karena teknik komunikasi yang digunakan sejalan dengan pola penerimaan rangsangan, yaitu visual, auditory, Kinaesthetic, Olfactory, dan Gustatory yang kemudian lebih dikenal dengan istilah VAKOG.
Pada level strategi, model SSL menggunakan strategi pembelajaran Mind-Based Learning (MBL), yaitu pembelajaran yang diawalai dengan pengungkapan ide atau gagasan yang ada dalam pikiran (benak) pebelajar terhadap tema yang dikaji. Segala informasi atau pengetahuan yang telah dimiliki oleh pebelajar dimunculkan dan pendidik mengeksplorasinya serta mendeteksi jika terdapat miskonsepsi tentang tema yang dikaji.
Pembelajaran dengan model SSL ini lebih menarik lagi karena dikemas dengan konsep edutainment sehingga suasana pembelajaran lebih “hidup”. Penyisipan permainan berbasis NLP dan Hypnomotivasi serta ditutup dengan celebration lebih menguatkan suasana yang telah hidup menjadi lebih hidup. Penghargaan terhadap setiap pencapaian pengalaman belajar tiap peserta didik menjadikan mind set pribadi tentang belajar selalu positif dan menjadikan budaya belajar pada diri sendiri kapanpun dan dimanapun. Dengan seperti ini, lingkungan belajar menjadi sinergis-harmonis-humanis sesuai dengan ekspektasi pendidikan karakter Islami.
Seven berarti tujuh. Ada tujuh langkah aktivitas pembelajaran dalam model SSL, antara lain:
1. Orientation
2. Elicitation
3. Motivation
4. Restructuring
- Clarification & Exchange
- Exposure
- Construction
5. Application
6. Review
7. Celebration
Stars adalah singkatan dari Student Teacher Aesthetic Role-Sharing, yaitu adanya keseimbangan peran antara peserta didik dengan pendidik. Pendidik dan peserta didik mampu memainkan peranannya sehingga proses pembelajaran lebih optimal. Pendidik secara dinamis mengupayakan bagaimana peserta didik dapat membangun pengetahuannya sendiri yang melibatkan interaksi terhadap lingkungan sekitarnya. Peran pendidik harus mencerminkan keteladanan yang dapat diterapkan dengan pendekatan patrap triloka, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam model SSL adalah HypnoTeaching Learning (HTL), yaitu pembelajaran dengan pendekatan ilmu Hypnosist dan NLP. Pendekatan HTL ini mamberikan penguatan yang labih mendalam terhadap kajian yang sedang dipelajari karena informasi yang dibangun oleh pebelajar mampu masuk ke pikiran bawah sadar. Pemrosesan pengetahuan yang dilakukan oleh pebelajar jauh lebih kuat karena teknik komunikasi yang digunakan sejalan dengan pola penerimaan rangsangan, yaitu visual, auditory, Kinaesthetic, Olfactory, dan Gustatory yang kemudian lebih dikenal dengan istilah VAKOG.
Pada level strategi, model SSL menggunakan strategi pembelajaran Mind-Based Learning (MBL), yaitu pembelajaran yang diawalai dengan pengungkapan ide atau gagasan yang ada dalam pikiran (benak) pebelajar terhadap tema yang dikaji. Segala informasi atau pengetahuan yang telah dimiliki oleh pebelajar dimunculkan dan pendidik mengeksplorasinya serta mendeteksi jika terdapat miskonsepsi tentang tema yang dikaji.
Pembelajaran dengan model SSL ini lebih menarik lagi karena dikemas dengan konsep edutainment sehingga suasana pembelajaran lebih “hidup”. Penyisipan permainan berbasis NLP dan Hypnomotivasi serta ditutup dengan celebration lebih menguatkan suasana yang telah hidup menjadi lebih hidup. Penghargaan terhadap setiap pencapaian pengalaman belajar tiap peserta didik menjadikan mind set pribadi tentang belajar selalu positif dan menjadikan budaya belajar pada diri sendiri kapanpun dan dimanapun. Dengan seperti ini, lingkungan belajar menjadi sinergis-harmonis-humanis sesuai dengan ekspektasi pendidikan karakter Islami.